Menyiksa Memek Wanita Jepang
Hai nanti temani aku pesta ya, lagian aku juga habis lulusan wisuda kemarin, “itu kbar dari zenit teman satu kampus yang jarang bertemu, aku jawab, “Siyap bro nanti aku kabari” gilak temanku Zenit udah tamat kuliahnya sedangkan aku masih ngurus nilai jelekku, yess karena tak ada kegiatan malam ini, aku iyakan ajakan Zenit untuk berpesta lagian juga sudah lama aku tak bertemu dengan Zenit.
Jam menunjukkan pukul 17:30, Zenit minta jumpa lebih awal, seperti biasa, cafe langgananku, kami berjanji ketemu di sana. saya yang baru pulang dari kerja pun segera mandi dan bersiap. Dengan motor pemberian Herman, Kawasaki Ninja 150RR, kupacu menuju ke sana.
Zenit rupanya sudah menunggu di meja sudut sana, dengan meja yang penuh dengan minuman keras serta bungkus rokok. Zenit kali ini ingin berpesta untuk kemenangannya melalui masa perkuliahannya.
“Selamat bro… IPK 4 nih pastinya…”, olok ku lalu duduk bersamanya.
“Hahaha, enggak lah, cukup-cukup saja…”, jawabnya sambil memberikan sebotol bir Guinnesse padaku.
“Kita senang-senang dulu hari ini…”, kata Zenit.
Kami pun mulai minum. Sambil bergurau kami menjadi-jadi tertawa-tawa. Beberapa pelanggan memang memandangi kami, tapi tak heran, di sini memang ada beberapa pelanggan yang juga sering minum-minum dan berpesta.
Beberapa lama, bir mulai habis, rokok LA kami pun sudah habis tiga bungkus. Zenit mulai bertanya,
“Habis ini kemana?”, dia ingin pesta berlanjut. “
Karaoke?”, tanyaku.
“*****asyik bro..”, jawabnya. “
Lalu punya rencana pesta di mana lagi?”, tanyaku.
“Hmm…”, dia coba berpikir sejenak. Lalu dia mulai bercerita. Dia ingin pergi ke Jepang setelah mengambil ijazah. Aku kaget rupanya dia menceritakan semuanya dengan blak-blakan. “
Aku mau balas dendam di sana..”, katanya.
“Serius lu bro?”, tanyaku.
“Hehehe, akan ku ledakkan kota Tokyo…”, jawabnya dengan wajah serius.
Aku benar-benar tak menduga ide jahatnya itu.
“Malam ini, kita pesta dulu bro… Kalau aku dah ke sana, kita ga bisa pesta kayak gini lagi.
Zenit mengajakku berpesta miras lagi di luar, soalnya di sini sudah cukup ramai, tidak enak sama pelanggan yang lain. Aku coba memberinya ide untuk berpesta saja di tempat prostitusi, tapi Zenit sedikit kurang suka. “
Lu pengen man?”, tanya Zenit.
“Kan itu namanya pesta bro…”, jawabku.
“Hmm, gini aja deh…”, dia memberi solusi. “
Aku panggil Minoru lagi buat temani lu…”, jawabnya.
“Emangnya lu bisa?”, tanyaku.
“Hahaha, aku mana mau nyetuh dia, jijik ah… Aku maunya liat dia tersiksa aja…”, lanjutnya. “
Terus kita mesti culik dia lagi?”, tanyaku.
“Gak lah, aku bakal ancam dia, aku kan masih nyimpan videonya…”, lanjut Zenit sambil menyengir.
Zenit lalu mengajakku ke tempatnya berjanjian dengan Minoru Thosi, gadis Jepang yang pernah kami siksa. Rumah kontrakan milik Zenit sekarang menjadi tempat kami akan berpesta. Sambil membawa beberapa botol bir lagi dan rokok, kami pulang dan hanya menunggu ke datangan Minoru. “
Dia pasti datang bro… Atau dia bakal liat videonya terunggah di internet, hahaha…”, kata Zenit.
Benar yang dikatakan Zenit, tidak lama dari itu Minoru datang, “Sendirian kan?!”, ancam Zenit ketika membuka pintu. “
Iya…”, jawab Minoru sedikit keberatan. Ku intip keluar sana, Minoru menggunakan motor matic Honda Beat sendirian ke sini. Mukanya murung, dia nampaknya terpaksa ke sini, dia tidak berani memandangi wajah kami, dia mungkin masih trauma.
Tapi dia tidak berbeda dari kemarin-kemarin, masih tetap cantik. Gadis Jepang yang mirip artis AKB48 itu benar-benar menggoda nafsuku.
“Tenang, malam ini aku ga bakal nyiksa lu…”, kata Zenit lalu menutup pintu.
Dia kemudian mengajak kami masuk ke kamar, “Malam ini, teman aku yang bakal pesta…”, katanya.
Zenit memberikan ku kesempatan berpesta dengan Minoru. “Tapi… Aku ga bisa lama…”, kata Minoru.
“Entar ortu aku curiga…”, jawabnya.
“Sudah, aku ga peduli, lu ngomongin jak sama kawan aku tuh…”, balas Zenit sambil melihat ke arahku.
Kami masuk kamar, sambil membawa semua minuman dan rokok. Dia duduk di kursi dan berpesan padaku, “Aku pengen liat dia disiksa, lu bisa pakai apa aja yang ada di sini”, katanya sambil menunjuk ke arah lemari.
Minoru sudah tahu apa yang akan kami perbuat. Dia terpaksa berbaring di kasur menunggu dikerjai, sedikit menangis dia menunggu penderitaan. Aku periksa lemari, ada apa saja yang bisa aku pakai.
Peralatan pertama adalah handycam, Zenit pasti senang kalau aku merekam adegan Minoru digagahi. Segera ku hidupkan dan taruh di meja dan menyorot ke arah kasur.
Hmm, selanjutnya aku bingung mau menggunakan benda apa. Banyak sextoys di sini, aku bukan tipe orang yang suka menggunakannya, tapi demi menghargai hadiah Zenit berupa Minoru, aku pun mengambil beberapa perlengkapan, seperti tali dan kontol elektrik. Zenit hanya meminum minumannya, rokok tidak dinyalakan, dia tidak mau ada polusi di kamar ber-AC ini.
Aku taruh perlengkapan di lantai. Belum mau aku menggunakannya. Aku coba memanfaatkan waktu yang ada dulu untuk melihat Minoru yang cantik. “Bangun lah…”, perintahku agar dia tidak Cuma berbaring di kasur. “
Aku mau lihat lu menari..”, kataku. “Coba lu menari kayak penyanyi-penyanyi AKB48!”, perintahku.
“Minoru ga pandai menari…”, katanya.
“Eh… Melawan lu?!”, singgung Zenit sambil melotot. Minoru ketakutan, dia pelan-pelan bergerak. Zenit lalu bangkit dan membuka DVD playernya, diputarnya lagu AKB48 sambil bilang, “Semua member group ini nantinya akan aku bunuh di Jepang sana!”, katanya dengan nada kasar sehingga Minoru ketakutan.
Lucu memang, Zenit dendam dengan Jepang entah sebab sebab apa, tapi dia juga rupanya menyimpan kaset AKB48 itu, walaupun dengan alasan ini mempelajari siapa-siapa saja yang ada di group itu. Lucunya lagi DVD yang dia pakai untuk memutar lagu itu adalah merk Sony, alias buatan Jepang, mungkin dia tidak sadar.
Hanya televisi saja yang dia pakai merk Samsung, aku tidak mau menyinggungnya, takut dia marah. Bahkan sextoys miliknya aku pun yakin merupakan import dari negri samurai sana.
Tidak mau terusan memikirkan masalah Zenit dengan pemikirannya terhadap Jepang, aku pun segera kembali fokus kepada Minoru. Dia mulai menari seirama dengan lagi yang ku putar.
“Heavy Rotation”, lagu AKB48 itu menjadi pengiring tarian Minoru. “Yeehaaaaa”, teriak Zenit memandangi Minoru yang sedang menari dengan kakunya.
Aku duduk di ranjang juga menonton adegan tersebut, Minoru terlihat malu-malu, dia tidak begitu bisa menari, tapi wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang seksi terlihat dia benar-benar seperti artis layaknya personil AKB48.
“Lepaskan pakaianmu perlahan!!!”, perintahku minta Minoru memtelanjangi tubuhnya sambil menari. Tidak mau menunggu lama hingga lagu habis, Zenit ikut memaksanya, ”
Woi, dengar tuh apa yang dia suruh!!!”, teriaknya sambil mendekati meja dan mengambil handycam.
Minoru dengan sangat terpaksa membuka pakaiannya sedikit demi sedikit. “Nih sorot bro, biar nanti lu bisa nonton…”, kata Zenit sambil memberikanku handycam.
Minoru hampir telanjang, semua pakaian pelapis luar sudah tertanggal, hingga tersisa hanya celana dalam hitam dan bra hitamnya.
Aku terus menyorotinya sambil menonton, kulihat Zenit sudah tidak sabar, aku melihat dia mendekati Minoru sambil memegang celananya.
“Aku akan cari kerja ke Jepang, kalau aku ga di sini, lu harus turuti kemauan kawanku itu…”, kata Zenit ke Minoru.
Aku kira Zenit akan memperkosa Minoru, tapi rupanya salah, seperti sifatnya sedari dulu yang dendam dengan Jepang, dia tidak mau menyentuh Minoru, dia hanya melepaskan ikat pinggangnya.
“Ayo menari!!! Semangat!!!”, teriaknya sambil mencambuk Minoru yang setengah telanjang.
Aku memang pernah dengar dari Zenit suatu saat dia ingin ke Jepang untuk balas dendam, mungkin menjadi teroris atau sejenisnya, dendamnya sangat besar dan tidak ku sangka akan benar-benar dia wujudkan.
Aku menyoroti tubuh Minoru, putih mulus, benar-benar seperti artis, tapi muncul bercak merah ketika Zenit mencambuknya dengan ikat pinggang.
“Ayo buka semua!!!”, teriak Zenit memaksa Minoru unyuk melepaskan bra dan celana dalamnya.
Minoru menangis, pipinya merah merona akibat tangisannya yang bercampur rasa malu. Aku tahu Zenit ingin menyerahkan Minoru kepadaku ketika dia tidak di sini lagi, video yang sedang kurekam ini bisa jadi ancaman untuk terus mengikat Minoru.
“Hiks hiks hiks…”, Minoru menangis sambil melucuti pakaian dalamnya sendiri. Aku tidak sabar kembali melihat tubuh mulus Minoru, aku bergerak maju agar dapat menyorot lebih jelas.
Tubuh mungil gadis Jepang ini sangat mempesonaku, kulihat jelas semua lekuk tubuhnya. Dadanya bersih, putih sekali, putingnya merah muda dan berbentik kecil, masih terlihat indah walaupun Minoru terus berusaha menutupinya dengan tangan. Selangkannyapun ku sorot, Minoru malu-malu dan menutupi dengan tangannya.
“Woi, lu mau aku potong tangan lu itu?!!”, ancam Zenit agar Minoru membuka tangannya sehingga tubuh indahnya bisa kusorot dengan jelas.
Minoru akhirnya menuruti kemauan Zenit, dia masih dipaksa untuk terus menari, sambil menangis iapun terus-terusan dicambuk hingga lagu AKB48 diputar beberapa kali.
Aku merasakan gejolak nafsuku, kontolku sudah mengeras memandangi tubuh Minoru yang menari dengan telanjang.
Ku letakkan handycam kembali ke meja dan ku arahkan ke arah Minoru. Aku pun menelanjangi diriku sendiri, kontolku sudah mengaceng keras. Kembali aku menyoroti Minoru dengan keadaan sama-sama telanjang. Ku tunggu Zenit selesai menyiksanya saja agar aku baru bisa melampiaskan nafsuku.
Lima belas menit berlalu, Zenit mulai bosan, dia terlihat puas dan tersenyum, “Cukup deh”, katanya sambil memandangi tubuh Minoru yang penuh dengan garis-garis merah bekas cambukan.
“Sisanya buat lu bro, gratis, malam ini lu pake aja sepuasnya…”, kata Zenit lalu meninggalkan Minoru.
Zenit duduk di sudut sambil main hp, akhirnya ini waktu ku. “Sekarang layani aku!!!”, perintahku menyuruh Minoru menghentikan jogetannya.
Kutarik tubuhnya hingga mendekat denganku.
Aku menekannya ke bawah hingga dia terlutut di depanku. “Hisap!!!”, perintahku minta Minoru menyepongkan kontolku. Aku duduk dengan membuka selangkanganku, lalu kusoroti wajahnya yang cantik itu.
Dengan mata tertutup, Minoru terpaksa membuka mulutnya dan membiarkan kontolku masuk ke dalam mulut itu. Bibirnya indah, dengan warna meeah muda merona, dia perlahan mengulum kontolku hingga geli-geli terasa di ujung kontolku itu ketika mengenai lidahnya.
Nikmat, benar-benar mengasyikkan, aku tidak perlu merogoh kocek unthk “jajan”. Bahkan aku mendapatkan gadis yang sangat cantik ini secara gratis. Terima kasih kawan, berkat kamu, aku bisa meluapkan unek-unekku.
Sejak dijauhi Siti, aku sering murung, aku biasanya melampiaskannya di tempat prostitusi, jika lagi bokek, biasanya aku cuma beronani sambil nonton bokep di kost ku.
Aku terus menyoroti wajah Minoru yang cantik itu, lembut pancaran wajahnya yang imut itu. Memang sepongannya masih amatiran, tapi sensasi dari wajah dan lekuk tubuhnya yang bagaikan artis adalah sebuah nilai plus.
Minoru, suatu hari aku ingin terus bisa menikmafimu. Video ini harus terus ku simpan, selain bisa sebagai bahan coliku, aku juga bisa terus mengancammu.
Ku ulurkan tangan kananku sementara tangan kiriku masih memegang handycam. Ku raba bagian dada Minoru, susunya kenyal bagai puding, agak kecil, tapi putih mulus dan indah. Minoru, kau seorang gadis Jepang yang beruntung, sebab belum ada gadis Jepang lain yang bisa menyepong kontolku, hahaha, aku merasakan nikmat tiada tara. Ku pejamkan mataku membiarkan Minoru memberikan pelayanannya kepada kontolku. “Ooohhb….”, desahku menikmati kuluman Minoru.
Zenit sudah tertidur dengan posisi terduduk, dia sudah memberikan kesempatan ini padaku. Aku akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Aku menghentikan sepongan Minoru ketika aku merasakan gejolak di selangkanganku semakin meningkat, aku tidak mau cepat berejakulasi.
Ku tarik kontolku menjauhi bibir Minoru, lalu ku angkat tubuh Minoru dan ku rebahkan di ranjang. Zenit sudah ketiduran, dia tidak akan tahu apa yang kuperbuat, aku tidak mau menyiksa Minoru menggunakan peralatan Zenit. Aku ingin menikmati Minoru dengan lembut dan romantis. Lalu ku lempar peralatan Zenit hingga berantakan di lantai, agar Zenit tidak curiga ketika dia tiba-tiba terbangun nantinya.
Aku lalu menindih tubuh Minoru, hangat sekali, susunya mengenai dadaku. Kecil susunya terlihat hampir rata sebab dia berbaring sehingga “puding kenyal” itu merata. www.filmbokepjepang.net Ku ciumi rambutnya yang harum dan ku belai-belai, Minoru sedikit menolak, tapi aku yakin dia lebih menerima begini daripada harus kusakiti. Wajah cantiknya yang bening bagai artis Jepang itu semakin membuatku bernafsu.
Gairahku menciumi harum rambutnya sekarang ku arahkan ke bibir kecilnya, ku ciumi lekuk mulutnya dan kugerilya dengan lidahku. Minoru sedikit menahan bibirnya agar tidak terbuka, tapi lidahki dengan cepat bermain hingga bibir manisnya itu bisa kunikmati.
Lalu aku pun menghiasi ciumanku itu dengan sedikit tambahan seperti meludahi bibirnya, kupaksa masuk agar Minoru menelan semua air ludahku. Ku ciumi terus sambil meremas-remas susu kecilnya itu. Sebentar-bentar ku pilin putingnya hingga Minoru bergetar kegelian.
“Cantik… Kamu harum… Tubuhmu seksi banget…”, pujiku agar Minoru semakin masuk ke suasana. Aku juga sudah melayang terbawa nafsu duniawi, bagaikan dimabuk asmara, sungguh indah bisa bersetubuh dengan gadis secantik Minoru ini.
Beberapa menit setelah bosan menciumi bibirnya aku pun menyudahinya, sekarang kuarahkan ciumanku ke leher Minoru, putih dan harum, seperti leher bayi yang masih segar. Sedikit cupangan hingga kuciumi turun sampai ke buah dadanya.
Putih, segar, kecil, harum, ranum, dengan puting yang masih kecil dan merah muda, entah bagaimana bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Kusedoti langsung ke dua belah susunya itu bergantian, nikmat tiada tara, kurasakan kontolku semakin mengeras tidak mampu menahan.
Tidak bisa menahan lama, setelah menciumi kedua belah dada Minoru, aku pun segera mengambil posisi, ku buka renggang kedua paha Minoru, dia sedikit menahan sebab tidak mau kuperkosa.
“Tenang sayang, kita main halus saja…”, kataku dengan perlahan menusukkan kontol kerasku ke lubang memek Minoru.
‘BLEEPPPSSSS’, sedikit susah sebab selain memeknya sedikit sempit juga sebab belum begitu basah. Tapi cengkraman erat memek sempitnya membuat aku semakin masuk ke dalam suasana nikmat. Ku biarkan sejenak kontolku menancap dalam memeknya, ku rebahkan tubuhku kembali hingga menindih Minoru. Kulanjutkan ciuman bibir kami, lalu perlahan ku mulai memainkan bokongku naik turun untuk menggenjot Minoru.
Sungguh nikmat luar biasa, cengkraman memek Minoru menahan kontolku bergerak perlahan keluar masuk. Minoru sudah mulai membalas ciumanku, kubelai rambutnya perlahan, hingga kami bagaikan sepasang kekasih yang memadu cinta.
Zenit masih tertidur pulas, dia sepertinya kecapekan, aku tidak mau membangunkanya, bisa saja dia malah mengganggu kegiatanku ini. Lagian kapan lagi bisa begini, kalau ada Zenit sudah pasti dia ingin menyiksa Minoru.
“Arrggghh….”, erangan Minoru menerima genjotanku yang kian waktu kian cepat. Nafsuku sudah di pangkal ubun-ubun. Kontolku bergetar cepat di dalam memek Minoru. “Cepat mas…”, kata Minoru. Aku yakin dia juga ingin cepat-cepat menyudahi ini.
Sedari tadi dia juga memandangi jam dinding, mungkin dia khawatir akan pulang kemalaman. Aku mengerti posisinya, aku juga sudah tidak bisa menahan gejolak ini, ingin sekali kupercepat tempo agar nikmat ini tersalurkan dengan tersemprotnya sperma keluar dari kontolku ini.
“Mantap sai…”, pujiku mempercepat irama. Minoru memelukku kencang,
“Tolong mas…”, rintihnya seperti akan berejakulasi. Ku percepat iramaku semakin kencang, kuat sekali hingga ranjang pun bergetar naik turun.
Tapi tiba-tiba sana Minoru menolakku, dia mendorong tubuhku, sepertinya dia tersadar dari kenikmatan itu, sambil menangis dia berteriak memohon,
“Tolong jangan di dalam!!!”, sontak aku kaget sebab perlawanannya.
Aku terdiam sesaat memandangi wajahnya yang sedikit mengiba.
“Ya sudah, pelan-pelan saja…”, kataku. Minoru menggeleng-geleng,
“Minoru mau pulang…”, katanya, dia seperti ketakutan.
“Tapi, saya belum keluar…”, kataku.
Minoru kemudian menangis, dia ingin segera menyelesaikannya tanpa aku harus berejakulasi di dalam memeknya.
“Lain kali Minoru temani lagi… Minoru tidak bisa kemalaman…”, pintanya dengan wajah memelas. Melihat itu aku sedikit prihatin.
Apa boleh buat, aku masih punya kesempatan yang lain, Minoru berjanji akan menemaniku lagi lain hari, lagian aku juga merekam semua aksi ini, akan menjadi sebuah ancaman jika Minoru tidak memenuhi janjinya.
“Ya sudah…”, kataku lalu mencabut kontolku. Aku memintanya mengocok kontolku dengan tangannya segera. Minoru mengerti, dia juga ingin cepat-cepat menyudahi semua ini.
Hanya dalam beberapa menit, Minoru berhasil memainkan kontolku dengan tangan dan mulutnya hingga aku berejakulasi. Spermaku berceceran di tangan dan bibirnya. Nikmat sekali, malam itu sangat indah bisa menikmati gadis secantik Minoru.
“Terima kasih…”, kataku kemudian membiarkan Minoru berpakaian kembali. Dia buru-buru sekali, setelah berpakaian dia pun meninggalkan tempat ini. Aku bangkit dan merapikan handycam yang sedari merekam aksi kami, tidak begitu panjang tapi sudah sedikit memuaskan.
Aku kembali ke ranjang dan beristirahat hingga besoknya Zenit terbangun dan tidak menyadari apa yang telah ku perbuat semalam. “Ini bro simpan baik-baik…”, Zenit tidak memeriksanya, dia menyerahkan semua peralatannya, handycam beserta alat penyiksa.
Zenit sudah siap bertolak ke negeri matahari. Cita-citanya untuk membalaskan dendamnya akan segera tersalurkan. Sampai jumpa lagi kawan, akan ku “siksa” Minoru sesuai dengan pesanmu. www.filmbokepjepang.net